Menyambung tulisan sebelumnya, kali ini saya ingin bercerita tentang Lokananta Bloc. Salah satu destinasi cagar budaya yang sudah lama ingin saya kunjungi. Lokananta adalah studio musik atau studio rekaman pertama di Indonesia. Sempat mengalami masa keredupan akibat maraknya pembajakan sekitar tahun 1980-2000an, akhirnya Lokananta bisa kembali bangkit setelah direvitaslisasi pada tahun 2023.
Sejarah Lokananta
Lokananta berlokasi di Jl Ahmad Yani no 379 A Kerten, Laweyan Surakarta. Lokananta didirikan pada 29 Oktober 1956 sebagai pabrik piringan hitam Jawatan Radio Kementerian Penerangan RI oleh Raden Maladi selaku Kepala Jawatan Radio Republik Indonesia (RRI). Awalnya studio musik ini digunakan untuk merekam materi siaran berbentuk piringan hitam yang disiarkan oleh 26 stasiun RRI di seluruh Indonesia.
Pada saat Lokananta diresmikan, sudah ada tiga perusahaan rekaman di Indonesia yaitu Irama, Mesra dan Remaco. Namun demikian, Lokananta adalah perusahaan pertama yang memiliki mesin produksi master moulding atau pembuat cetakan untuk piringan hitam kala itu.
Pada tahun 1958, Lokananta mulai memproduksi piringan hitam yang berisikan lagu-lagu daerah dengan merek dagang “Lokananta”. Proses rekaman ini dilakukan di gedung Lokananta sendiri. Nama besar Gesang dan Waldjinah merupakan dua musisi pertama yang merekam suaranya di studio tersebut.
Revitalisasi Lokananta
Berbagai upaya dilakukan untuk kembali mengembalikan kejayaan Lokananta sebagai studio rekaman. Dan pada tahun 2012 Lokananta terbuka untuk kunjungan umum dan dijadikan Museum Lokananta. Tagar #SaveLokananta menjadi perhatian di lininasa twitter kala itu. Digagas para Sahabat Lokananta yang terdiri dari berbagai para musisi Indonesia salah satunya adalah mendiang Glenn Fredly.
Pada tahun 2021 mulai digagas perencanaan revitalisasi Lokananta oleh PT Perusahaan Pengelola Aser yang merupakan bagian dari holding BUMN Danareksa. Hingga akhirnya pada tanggal 3 Juni 2023 wajah baru Lokananta diresmikan oleh Menteri BUMN kala itu Erick Tohir.
Harga Tiket dan Jam Kunjungan
Hari itu, kami mengunjungi Lokananta setelah makan siang di Aroma Rasa. Saat itu saya tertarik untuk mengunjungi Galeri Lokananta terlebih dahulu. Untuk ke Galeri Lokananta kita harus membeli tiket masuk. Tiket masuk untuk umum di harga 35rb, pelajar 25rb dan pensiunan (diatas 60th) juga 25rb
Jam kunjungan Galeri Lokananta dibagi menjadi beberapa sesi, dimana sesi pertama di jam 10.00 WIB dan sesi terakhir di jam 19.00 WIB. Terdapat dua jenis kunjungan yaitu dengan pemandu atau tanpa pemandu. Harga tiket dengan atau tanpa pemandu adalah sama. Masing-masing sesi mempunyai kuota yang terbatas kurang lebih 25orang,
Perbedaan antara sesi tanpa pemandu dan dengan pemandu adalah :
- Kita bisa tahu lebih detail tentang lokananta dari penjelasan pemandu
- Durasi kunjungan dengan pemandu adalah dua jam, sedangkan tanpa pemandu hanya satu jam
- Ada dua ruangan yang tidak bisa dikunjungi tanpa pemandu, yaitu ruangan Diskografi dan Proklamasi
Untuk pembelian tiket bisa dilakukan online maupun offline, Namun untuk mengamankan kuota lebih baik kita membeli online melalui link Tiket Galeri Lokananta. Karena mempunyai harga yang sama, maka kami memilih untuk membeli tiket dengan pemandu agar lebih lengkap. Saat itu kami membeli tiket untuk sesi di jam 14.00 WIB yang berarti akan berakhir kunjungan di jam 16.00 WIB.
Menjelajah Galeri Lokananta
Setiba di Galeri Lokananta kami langsung menuju ke bagian registrasi yang berada di bagian kiri depan. Disini kita akan diberikan gelang tanda pengenal pengunjung dan dilarang membawa tas, kecuali hp dan barang berharga lainnya. Saya pun menitipkan tas maupun dompet saya dan hanya membawa satu buah hp saja untuk dokumentasi.
Ketika waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB, maka para peserta dipersilahkan berkumpul oleh pemandu. Kami dipandu untuk mulai menjelajah setiap ruang yang ada di Galeri Lokananta.
1. Ruang Linimasa
Di ruangan ini, pengunjung diajak menyusuri perjalanan panjang Lokananta. Dalam perjalanannya selama lebih dari enam dasawarsa, Lokananta telah melewati berbagai peristiwa dari kejayaan, keterpurukan hingga akhirnya bangkit kembali.
Disini kita bisa melihat berbagai arsip dari Lokananta. Benda-benda bersejarah seperti kontrak rekaman, draft desain sampul, foto, alat produksi hingga peralatan kantor. Kita bisa melihat bagaimana musik, suara dan budaya terus dirawat demi masa depan.
2. Ruang Gamelan
Di ruangan ini dipamerkan seperangkat Gamelan Jawa lengkap. Gamelan tersebut juga masih sering digunakan hingga saat ini dalam acara Lokananta Gamelan Gigs, yang diadakan secara rutin dua bulan sekali. Seperangkat Gamelan tersebut bernama Sri Kuncoro Mulyo. Nama Gamelan biasanya diberikan sebagai salah satu bentuk apresiasi terhadap pembuatnya.
Uniknya nama Lokananta sendiri juga diambil dari nama sebuah gamelan. Gamelan yang dalam dunia pewayangan Jawa dipercaya bisa berbunyi sendiri dengan merdu.
3. Ruang Diskografi
Diruangan ini terdapat kurang lebih 5876 piringan hitam. Dan kini untuk menjaga kelestariannya, master reel telah dikonversi ke format digital agar bisa diakses dalam bentuk mp3. Format digital dapat diakses secara umum melalui web lokananta.com untuk musik asli rilisan Lokananta. Sedangkan di iramanusantara.org berisi rilisan musik dari tahun 1920 - 2000an,
Karena ruangan ini menyimpan master reels, maka suhu rungan harus terjaga agar piringan hitam tidak mengalami kerusakan. Oleh karena itu, ruangan ini hanya bisa diakses bagi pengunjung yang mengikuti sesi bersama guide.
4. Ruang Bengawan Solo
Ruang Bengawan Solo menampilkan perjalanan karya terbesar Lokananta Records yaitu lagu Bengawan Solo, yang diciptakan dan dinyanyikan oleh sang Maestro Gesang pada tahun 1940. Disini kita bisa melihat proses perekaman hingga duplikasi yang sangat panjang sepanjang lagu Bengawan Solo.
Ada beberapa proses yang harus dilalui pada masa itu sebelum sebuah karya musik bisa diedarkan secara luas. Beberapa proses tersebut adalah Rekaman, Mixing & Mastering dan Duplikasi.
5. Ruang Aneka Nada
Pada tahun 1993, Lokananta pernah melakukan cuci gudang dengan menjual koleksi piringan hitam dengan harga yang murah yaitu mulai Rp 3.500 sampai Rp 7.500. Koleksi rilisan yang dipamerkan di ruang ini menjadi saksi perjalanan Lokananta dalam membentuk identitas musik dan rekaman di Indonesia.
6. Ruang Proklamasi
Di sini kita bisa mendengarkan suara Bung Karno saat membacakan Teks Proklamasi. Tapi tahukah teman-teman jika suara tersebut adalah hasil rekontruksi rekaman? Pada tahun 1945, tidak ada dokumentasi audio saat Presiden Soekarno membacakan Proklamasi karena deklarasi tersebut dilakukan secara mendadak.
Baru pada tahun 1950, Yusuf Ronodipuro (Kepala Stasiun RRI) membujuk Presiden Soekarno untuk merekam ulang pembacaaan Proklamasi Kemerdekaan. Dan pada tahun 1951, Presiden Soekarno bersedia membacakan kembali naskah prokamasi yang direkam di studio RRI Jakarta.
Masrter rekaman tersebut kemudian dikirim ke Lokananta untuk bisa digandakan dan didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia. Lokananta merilis piringan hitam Proklamasi pada tahun 1959. Master reel Proklamasi merupakan masterpiece yang menjadi koleksi paling berharga di Lokananta.
7. Ruang Rame Dendang
Di ruang Rame Dendang ditampilkan potret cagar budaya Solo yang dilindungi dan dilestarikan. Mulai dari bangunan rumah tradisional, kantor, fasilitas pendidikan, tempat ibadah, tugu hingga pasar. Mulai dari masa Kasunanan Surakarta pada tahun 1700, masa Kolonial Belanda 1800 hingga 1900, sampai masa industrialisasi dan komersialisasi yang berlangsung pada tahun-tahun berikutnya.
8. Ruang Pameran Permanen
Ruang ini menampilkan pameran yang berganti setiap 6 bulan sekali, dan saat itu menampilkan perjalanan musik Keroncong. Keroncong dan Surakarta adalah dua hal yang tak terpisahkan. Tak jarang, Surakarta disebut sebagai tempat keroncong bermuara.
Pameran ini menyoroti jejak penting seabad perkembangan keroncong di Surakarta. Mulai dari titik awal pameran Krontjong Concours di tahun 1920-an, berlanjut ke Ajang Bintang Radio sampai studio rekaman Lokananta dan panggung mancanegara.
Ingin Kembali ke Lokananta
Sebenarnya saya masih ingin lanjut menuju bangunan Lokananta yang berada di sebelah Galeri Lokananta. Bangunan tersebut difungsikan sebagai stand kuliner dan juga ekonomi kreatif. Namun karena hari sudah sore maka saya mengurungkan rencana tersebut. Mungkin lain waktu nanti saya akan kembali ke Lokananta.
Buat teman-teman yang tinggal ataupun sedang singgah di Solo bisa meluangkan waktu untuk berkunjung ke Lokananta Bloc terutama Galeri Lokananta. Tempat untuk mempelajari sejarah musik Indonesia sekaligus melihat berbagai koleksi disana.
Terima kasih sudah membaca dan sampai bertemu di cerita selanjutnya 💖💖





















Posting Komentar