Mengunjungi Lokananta, Studio Rekaman Pertama di Indonesia

Galeri Lokananta

Menyambung tulisan sebelumnya, kali ini saya ingin bercerita tentang Lokananta Bloc. Salah satu destinasi cagar budaya yang sudah lama ingin saya kunjungi. Lokananta adalah studio musik atau studio rekaman pertama di Indonesia. Sempat mengalami masa keredupan akibat maraknya pembajakan sekitar tahun 1980-2000an, akhirnya Lokananta bisa kembali bangkit setelah direvitaslisasi pada tahun 2023.

Sejarah Lokananta

Galeri Lokananta

Lokananta berlokasi di Jl Ahmad Yani no 379 A Kerten, Laweyan Surakarta. Lokananta didirikan pada 29 Oktober 1956 sebagai pabrik piringan hitam Jawatan Radio Kementerian Penerangan RI oleh Raden Maladi selaku Kepala Jawatan Radio Republik Indonesia (RRI). Awalnya studio musik ini digunakan untuk merekam materi siaran berbentuk piringan hitam yang disiarkan oleh 26 stasiun RRI di seluruh Indonesia.

Pada saat Lokananta diresmikan, sudah ada tiga perusahaan rekaman di Indonesia yaitu Irama, Mesra dan Remaco. Namun demikian, Lokananta adalah perusahaan pertama yang memiliki mesin produksi master moulding atau pembuat cetakan untuk piringan hitam kala itu. 

Pada tahun 1958, Lokananta mulai memproduksi piringan hitam yang berisikan lagu-lagu daerah dengan merek dagang “Lokananta”. Proses rekaman ini dilakukan di gedung Lokananta sendiri. Nama besar Gesang dan Waldjinah merupakan dua musisi pertama yang merekam suaranya di studio tersebut.

Lokananta juga menjadi studio rekaman album kompilasi Asian Games IV pada 15 Agustus 1962. Sejak saat itu, Lokananta Solo mulai menjadi studio rekaman musisi legendaris di Indonesia. Beberapa musisi Indonesia yang pernah merasakan rekaman di Lokananta antara lain Titiek Puspa, Bing Slamet, Manthous, Sam Saimun, hingga maestro jazz Buby Chen.

Revitalisasi Lokananta

Sejak maraknya pembajakan dan persaingan diantara berbagai perusahaan rekaman, gaung Lokananta semakin tidak terdengar. Nama Lokananta mengalami keredupan pada era 1980-2000an.

Berbagai upaya dilakukan untuk kembali mengembalikan kejayaan Lokananta sebagai studio rekaman. Dan pada tahun 2012 Lokananta terbuka untuk kunjungan umum dan dijadikan Museum Lokananta. Tagar #SaveLokananta menjadi perhatian di lininasa twitter kala itu. Digagas para Sahabat Lokananta yang terdiri dari berbagai para musisi Indonesia salah satunya adalah mendiang Glenn Fredly.

Pada tahun 2021 mulai digagas perencanaan revitalisasi Lokananta oleh PT Perusahaan Pengelola Aser yang merupakan bagian dari holding BUMN Danareksa. Hingga akhirnya pada tanggal 3 Juni 2023 wajah baru Lokananta diresmikan oleh Menteri BUMN kala itu Erick Tohir. 

Revitalisasi Lokananta menghadirkan tujuh arena yang bisa dijelajahi. Mulai dari Galeri Lokananta, Studio Rekaman Lokananta, Lokananta Live House, Taman Lingkar Lokananta, Panggung Amphitheater, Area Ritel F&B, dan Area Ritel Kreatif (non F&B). Lokananta kini menjadi pusat kreativitas bagi seluruh musisi, seniman, maupun para pelaku ekonomi kreatif.

Harga Tiket dan Jam Kunjungan

Hari itu, kami mengunjungi Lokananta setelah makan siang di Aroma Rasa. Saat itu saya tertarik untuk mengunjungi Galeri Lokananta terlebih dahulu. Untuk ke Galeri Lokananta kita  harus membeli tiket masuk. Tiket masuk untuk umum di harga 35rb, pelajar 25rb dan pensiunan (diatas 60th) juga 25rb

Jam kunjungan Galeri Lokananta dibagi menjadi beberapa sesi, dimana sesi pertama di jam 10.00 WIB dan sesi terakhir di jam 19.00 WIB. Terdapat dua jenis kunjungan yaitu dengan pemandu atau tanpa pemandu. Harga tiket dengan atau tanpa pemandu adalah sama. Masing-masing sesi mempunyai kuota yang terbatas kurang lebih 25orang, 

Perbedaan antara sesi tanpa pemandu dan dengan pemandu adalah :

  • Kita bisa tahu lebih detail tentang lokananta dari penjelasan pemandu
  • Durasi kunjungan dengan pemandu adalah dua jam, sedangkan tanpa pemandu hanya satu jam
  • Ada dua ruangan yang tidak bisa dikunjungi tanpa pemandu, yaitu ruangan Diskografi dan Proklamasi

Untuk pembelian tiket bisa dilakukan online maupun offline, Namun untuk mengamankan kuota lebih baik kita membeli online melalui link Tiket Galeri Lokananta. Karena mempunyai harga yang sama, maka kami memilih untuk membeli tiket dengan pemandu agar lebih lengkap. Saat itu kami membeli tiket untuk sesi di jam 14.00 WIB yang berarti akan berakhir kunjungan di jam 16.00 WIB.

Menjelajah Galeri Lokananta

Galeri Lokananta

Setiba di Galeri Lokananta kami langsung menuju ke bagian registrasi yang berada di bagian kiri depan. Disini kita akan diberikan gelang tanda pengenal pengunjung dan dilarang membawa tas, kecuali hp dan barang berharga lainnya. Saya pun menitipkan tas maupun dompet saya dan hanya membawa satu buah hp saja untuk dokumentasi. 

Ketika waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB, maka para peserta dipersilahkan berkumpul oleh pemandu. Kami dipandu untuk mulai menjelajah setiap ruang yang ada di Galeri Lokananta.

1. Ruang Linimasa

Galeri Lokananta
Galeri Lokananta

Di ruangan ini, pengunjung diajak menyusuri perjalanan panjang Lokananta. Dalam perjalanannya selama lebih dari enam dasawarsa, Lokananta telah melewati berbagai peristiwa dari kejayaan, keterpurukan hingga akhirnya bangkit kembali.

Disini kita bisa melihat berbagai arsip dari Lokananta. Benda-benda bersejarah seperti kontrak rekaman, draft desain sampul, foto, alat produksi hingga  peralatan kantor. Kita  bisa melihat bagaimana musik, suara dan budaya terus dirawat demi masa depan.

2. Ruang Gamelan

Galeri Lokananta

Di ruangan ini dipamerkan seperangkat Gamelan Jawa lengkap. Gamelan tersebut juga masih sering digunakan hingga saat ini dalam acara Lokananta Gamelan Gigs, yang diadakan secara rutin dua bulan sekali. Seperangkat Gamelan tersebut bernama Sri Kuncoro Mulyo. Nama Gamelan biasanya diberikan sebagai salah satu bentuk apresiasi terhadap pembuatnya. 

Uniknya nama Lokananta sendiri juga diambil dari nama sebuah gamelan. Gamelan yang dalam dunia pewayangan  Jawa dipercaya bisa berbunyi sendiri dengan merdu. 

3. Ruang Diskografi

Galeri Lokananta

Ruang Diskografi adalah ruang penyimpanan master reel (sumber utama produksi dan penggandaan piringan hitam dan kaset) milik Lokananta. Selain musik, Lokananta juga merekam pidato kenegaraan, drama radio, wayang hingga dongeng anak.

Diruangan ini terdapat kurang lebih 5876 piringan hitam. Dan kini untuk menjaga kelestariannya, master reel telah dikonversi ke format digital agar bisa diakses dalam bentuk mp3. Format digital dapat diakses secara umum melalui web lokananta.com untuk musik asli rilisan Lokananta. Sedangkan di iramanusantara.org berisi rilisan musik dari tahun 1920 - 2000an,

Karena ruangan ini menyimpan master reels, maka suhu rungan harus terjaga agar piringan hitam tidak mengalami kerusakan. Oleh karena itu, ruangan  ini hanya bisa diakses bagi pengunjung yang mengikuti sesi bersama guide.

4. Ruang Bengawan Solo

Galeri Lokananta

Ruang Bengawan Solo menampilkan perjalanan karya terbesar Lokananta Records yaitu lagu Bengawan Solo, yang diciptakan dan dinyanyikan oleh sang Maestro Gesang pada tahun 1940. Disini kita bisa melihat proses perekaman hingga duplikasi yang sangat panjang sepanjang lagu Bengawan Solo.

Ada beberapa proses yang harus dilalui pada masa itu sebelum sebuah karya musik bisa diedarkan secara luas. Beberapa proses tersebut adalah Rekaman, Mixing & Mastering dan Duplikasi.

5. Ruang Aneka Nada

Galeri Lokananta

Di ruang Aneka Nada, pengunjung dapat melihat album-album rilisan Lokananta yang disusun rapi dalam rak showcase. Lokananta telah memproduksi ribuan rekaman suara dan kurang lebih 5769 master rekaman berhasil dipublikasin.

Pada tahun 1993, Lokananta pernah melakukan cuci gudang dengan menjual koleksi piringan hitam dengan harga yang murah yaitu mulai Rp 3.500 sampai Rp 7.500. Koleksi rilisan yang dipamerkan di ruang ini menjadi saksi perjalanan Lokananta dalam membentuk identitas musik dan rekaman di Indonesia.

6. Ruang Proklamasi

Galeri Lokananta

Di sini kita bisa mendengarkan suara Bung Karno saat membacakan Teks Proklamasi. Tapi tahukah teman-teman jika suara tersebut adalah hasil rekontruksi rekaman? Pada tahun 1945, tidak ada dokumentasi audio saat Presiden Soekarno membacakan Proklamasi karena deklarasi tersebut dilakukan secara mendadak.

Baru pada tahun 1950, Yusuf Ronodipuro (Kepala Stasiun RRI) membujuk Presiden Soekarno untuk merekam ulang pembacaaan Proklamasi Kemerdekaan. Dan pada tahun 1951, Presiden Soekarno bersedia membacakan kembali naskah prokamasi yang direkam di studio RRI Jakarta.

Masrter rekaman tersebut kemudian dikirim ke Lokananta untuk bisa digandakan dan didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia. Lokananta merilis piringan hitam Proklamasi pada tahun 1959. Master reel Proklamasi merupakan masterpiece yang menjadi koleksi paling berharga di Lokananta.

7. Ruang Rame Dendang

Galeri Lokananta

Di ruang Rame Dendang ditampilkan potret cagar budaya Solo yang dilindungi dan dilestarikan. Mulai dari bangunan rumah tradisional, kantor, fasilitas pendidikan, tempat ibadah, tugu hingga pasar. Mulai dari masa Kasunanan Surakarta pada tahun 1700, masa Kolonial Belanda 1800 hingga 1900, sampai masa industrialisasi dan komersialisasi yang berlangsung pada tahun-tahun berikutnya.

8. Ruang Pameran Permanen

Galeri Lokananta

Ruang ini menampilkan pameran yang berganti setiap 6 bulan sekali, dan saat itu menampilkan perjalanan musik Keroncong. Keroncong dan Surakarta adalah dua hal yang tak terpisahkan. Tak jarang, Surakarta disebut sebagai tempat keroncong bermuara.

Pameran ini menyoroti jejak penting seabad perkembangan keroncong di Surakarta. Mulai dari titik awal pameran Krontjong Concours di tahun 1920-an, berlanjut ke Ajang Bintang Radio sampai studio rekaman Lokananta dan panggung mancanegara.

Ingin Kembali ke Lokananta

Setelah semua ruangan kami jelajahi bersama pemandu selama kurang lebih satu jam, maka kami diberikan waktu satu jam lagi untuk mengulang setiap ruang ataupun sekedar foto-foto. Puas berkeliling, maka kami menuju pintu keluar yang melewati sebuah toko marchendise. Disini dijual berbagai pernak-pernik Lokananta seperti piringan hitam, kaos, payung, mug dll.

Sebenarnya saya masih ingin lanjut menuju bangunan Lokananta yang berada di sebelah Galeri Lokananta. Bangunan tersebut difungsikan sebagai stand kuliner dan juga ekonomi kreatif. Namun karena hari sudah sore maka saya mengurungkan rencana tersebut. Mungkin lain waktu nanti saya akan kembali ke Lokananta.

Buat teman-teman yang tinggal ataupun sedang singgah di Solo bisa meluangkan waktu untuk berkunjung ke Lokananta Bloc terutama Galeri Lokananta. Tempat untuk mempelajari sejarah musik Indonesia sekaligus melihat berbagai koleksi disana.

Terima kasih sudah membaca dan sampai bertemu di cerita selanjutnya 💖💖

36 komentar

  1. Seru sekali bisa berkunjung ke Lokananta. Namanya saja keren ya, ternyata berasal dari nama sebuah gamelan Jawa. Ruang per ruang nya sangat klasik sekali. Apalagi dipandu sama guide, kita jadi lebih paham sama sejarah-sejarah dunia music dan rekaman di Lokananta. Pengen datang kesini kalau sedang berada di Solo.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener kak tempat yang wajib dikunjungi sie ini kalo kesolo apalagi yang suka sejarah yaa karena disana ternyata menyimpan banyak barang2 musik yang legendaris

      Hapus
    2. Wah jadi makin banyak nih ya tempat wajib buat dikunjungi di Solo.
      Paling kagum sama ruangan penyimpanan master reel apa itu yaa, kek semacam rekaman aslinya gitu kali ya.
      Perawatannya pasti nggak mudah dan pastinya nggak murah. Juga butuh tenaga ahli khusus supaya koleksi itu tetap terawat dengan baik ya.

      Hapus
    3. iyuppp bener banget mbaa itu ruangan penyimpanan khusus rekaman aslinya jadi penyimpanan nya bener2 butuh suhu yang terukur agar tidak mudah rusak

      Hapus
  2. Begitu melegendanya ya tempat rekaman Lokananta Solo ini. Senang bisa mendapat banyak info tentang studio rekaman musisi legendaris di Indonesia seperti Titiek Puspa, Bing Slamet, Manthous, Sam Saimun, hingga maestro jazz Buby Chen.
    Bagi mereka studia ini pasti udah seperti rumah kedua

    BalasHapus
  3. Sebuah tekhnik canggih pada masanya. Tentu tempat ini sangat mengedukasi banyak anak anak untuk tekhnologi yang berkembang cepat

    BalasHapus
  4. Pada masa itu pasti ini tempat yang sangat keren. Merekam suara lalu menyebarkannya ke seluruh dunia.
    Saya baru. Tahu ada museum ini. Tempatnya bersih dan banyak info menarik

    BalasHapus
  5. Baca artikel ini langsung nostalgia era piringan hitam. Itu suaranya jerniiiih banget kalau mutar piringan hitam. Lokananta ini legendaris ya. Ada produk kasetnya juga deh. Saya jadi ingin berkunjung ke museumnya nih.

    BalasHapus
  6. Panjang sekali perjalanan yang sudah ditempuh Lokananta, 60 tahun sudah ia menorehkan tinta emas pada sejarah musik Indonesia. Sayangnya, bukan hanya persaingan yang membuat langkahnya tersendat, melainkan tangan-tangan tak bertanggung jawab yang bernama pembajakan.

    BalasHapus
  7. Menarik sekali. Tempat yang berjaya di eranya, jadi andalan untuk rekaman. Sekarang, masuk ke sana pasti rasanya seperti masuk ke lorong waktu ya Kak. Semoga bisa mampir ke sana juga...

    BalasHapus
  8. Wiiih...seru banget jalan-jalannya, baca artikel ini saya jadi pengen juga berkunjung ke Lokananta. Kalau ke Surakarta harus jadi destinasi wajib ini mah,

    BalasHapus
  9. wah baru tahu aku mbak tentang studo lokananta ini. sebagai pecinta wisata museum aku pengen banget euy ke sini kalau bisa ke solo nanti karena pastinya seru bisa mengetahui sejarah musik Indonesia lewat studio ini

    BalasHapus
  10. Sayang juga ya Lokananta, padahal dia yang pertama menjadi tempat produksi rekaman, tapi yang duluan juga undur diri. Untungnya kita bisa menyaksikan jejaknya sepanjang karir, sehingga generasi selanjutnya, seperti saya bisa mengenalnya

    BalasHapus
  11. Ooo nama Lokananta diambil dari nama gamelan ya, baru tahu, kirain apa gitu sesuatu terkait alam hehe.
    Luar biasanya sudah 60 tahunan ya berdiri dan koleksinya juga masih terjaga bagus2.
    Ooo jadi suara Bung Karno yang membacakan teks proklamasi tu kek rekaman ulang yaa, baru tahu, kirain dulu ya rekaman aslinya :D
    Bagus banget sekarang ya lebih hidup, sering pamera, sehingga menambah wawasan pengunjung yang datang ke sana.

    BalasHapus
  12. Wah, sudah sering bolak balik Surakarta tapi saya baru tahu kalau ada Lokananta ini, studio rekaman pertama Indonesia. Menarik banget. Bisa jadi sarana edukasi untuk kita semua. Jadi paham juga bahwa ada momen di mana Presiden Soekarno merekam ulang pembacaaan Proklamasi Kemerdekaan sebagai dokumentasi karena memang saat proklamasi dulu tidak ada rekamannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. next kalo ke solo lago bisa nie mba mampir ke lokananta gak bakal rugi dehh dijamin karena bisa skalian kulineran juga disana kannn ;)

      Hapus
  13. Mendiang Glenn Fredly memang penggiat musik yang sangat luar biasa. Ah jadi pengen muter lagu-lagunya. Aku tertegun dengan ruang pengawan solo dan ruang nada. Sepertinya kalau aku disana bakal lama diam. Entah kenapa ada daya magnet.

    Nanti kalau ke Solo, mau mampir ah ke Lokananta Studio dan semoga saja dirimu ada disana yak, pastinya akan lebih seru dan menyenangkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaa mbaa meskipun ruangannya kecil namun berasa tenang adem saat berada disana,,,
      siapppp next kalo ke solo lagi wajib mampir kesini mbaa dan semoga kali ini nanti aku bisa membersamai yaa mba nikk ;)

      Hapus
  14. Whaaakkk, gilaaa ini lengkap dan insightful banget tempatnya mbak. Ndak salah kalau almarmuh Glen Fredly mengupayakan kembalinya lokananta dengan sepenuh upaya. Selain jadi bukti sejarah nyata dan penuh makna, juga membuatku tau banyak hal yang selama ini mispersepsi di masyarakat.
    Seperti suara rekaman proklamasi itu, yang kukira selama ini tuh suara asli.. Oh, ternyata malah hasil rekonstruksi yaaaaa. ya Allah, aku anak UBK aja gak tau lho hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. ckckckck duhhh kemana aja sie mass masa gak malu sama almamater wkwkwkwk...padahal aku sendiri juga sama aja baru tau pas kemarin ke lokananta sepertinya hampir semua orang juga mempunyai pemikiran yang sama deh,,,ya ga sieeee

      Hapus
  15. Lengkap banget nih koleksinya, mulai dari gamelan sampai ke piringan hitam dan kaset. Buat para pecinta musik kayaknya wajib banget ya sekali minimal mengunjungi Lokananta. Saya pun baru tau nih setelah berkali-kali berkunjung ke Surakarta..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah bener mbak Ima, soalnya daku pun jadi penasaran khususnya bagian piringan hitam. Belum pernah melihat secara langsung kek mana bentuknya atau memegangnya atau mendengar suaranya secara langsung huhu

      Hapus
    2. next time kalo ke solo lagi sempetin ya mbaa mampir ke lokanant apalagi jam bukanya juga cukup lama dr pagi sampai malam :)

      Hapus
  16. Kayaknya kalo ke Solo lagiii ada dua bucket list yg wajib ter-centang✌️✌️✌️
    yaituuu ke Lokananta
    dan meet up dgn dirimu mbaa

    eh, aku juga mupeng ke Psr Gede 😂💪

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaaa semogaa yaaa mbaa nest kalo ke solo bisa meetup an kita sekalian kulineran di pasar gede juga okee kok :)

      Hapus
  17. Wah baru tahu ada tulisan Lokananta sekarang. Dulu pas ke Solo malah ga tahu apa2 dan pengen ke mana juga ga ada yg ngarahin. Paling ya ke keraton atau sekitar kampus doank.

    Padahal keren banget loh isi studio yang kini jadi museum. Sudah seharusnya nih pemerintah merevitalisasi bangunan bersejarah gini biar kita jadi tahu studio rekaman jadul tuh kyk gmn. Termasuk musisi yang pernah merekam suaranya di situ pertama kali. Gila, ada Waldjinah yg legendaris.

    Kerennya lagi dibikinin situs pula sehingga kita yg di luar Surakarta bs melihat dari jauh. Salut nih ama pemdanya. Bisa jadi destinasi wisata tuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. jadi nanti kalo ke solo lagi ada destinasi lain yang bisa dituju ya kak selain keraton karena disini kita juga bisa melihat berbagai koleksi piringan hitam yang legendaris

      Hapus
  18. Ternyata seperti ini wujud studio rekaman yang pertama ada di Indonesia. Koleksinya juga sangat lengkap ya. Dari gamelan hingga piringan hitam. Kalau suatu hari main ke Surakarta, bakal disempetin mampir ke sini.

    BalasHapus
  19. Plissss....saya mau kesiniiii......buat saya berkunjung ke destinasi wisata sejarah sangat mengasyikkan. Bertambah ilmu dan pengalaman khususnya di dunia musik. Penasaran sama ruangan diskografi niih...ingin melihat lebih jauuh tentang koleksinya

    BalasHapus
  20. Wah, ini studio rekaman pertama di Indonesia? Ada di Solo ya? Wah menarik banget ini. Next ke Solo harus mampir kesini ah

    BalasHapus
  21. Lokananta meskipun klasik sangat apik dan rapi ..
    Salut sama pengembang dan pengurus yang membuat situs ini tetap terawat dengan baik..
    Semoga next bisa mampir ke sana

    BalasHapus
  22. Aku baru tau ternyata suaranya rekonstruksi rekaman ya..
    Dan bisa jadi sejarah saat ini yang bisa dijadikan pengingat generasi pemuda jaman sekarang.
    Mungkin suaranya Bung Tomo pas Pertempuran 10 November 1945 juga yaa..

    Salut harga piringan hitamnya sangat terjangkau sekaliih..
    PR-nya jadi beli pemutar piringan hitamnya juga yaa..

    BalasHapus
  23. Di antara 3 studio: Lokananta, Irama, Mesra dan Remaco ... yang pernah saya dengar adalah Lokananta dan Remaco. Ternyata Lokananta studio rekaman pertama di Indonesia dan di situlah sang legenda Gesang merekam lagu Bengawan Solo yang terkenal itu ya. Senang membaca tulisan ini. Terima kasih sudah berbagi di blognya, Mbak. 🤗

    BalasHapus
  24. Baca ini pengen banget ke Lokananta mbak. Yang bikin penasaran tuh gimana ya musik² dan alat² musik di era 1912 alias sebelum kemerdekaan.

    Aku tahunya di era setelah 1945an pakai piringan hitam. Karena Alm. Kakek punya piringan hitam dan pemutarnya. Terus musik²nya tuh gimana. Ahh, kalau kesini bakal tanya² sama pemandunya. Jujur nggak cuma nambah wawasan, tapi siapa tahu jadi inspirasi cerita kan ya. Heheh.. #khayaldulu 😁

    BalasHapus
  25. Mbaak, kalau aku malah pernahnya baru ke lokasi FnB nya ajaa, ahaha. Soalnya waktu ke Solo, kami ke banyak tempat tapi seharian. Jadi pas ke Lokananta malah udah terlanjur malem, jadi cuma mampir ke tempat ngopi nya ajah, hehehe.

    Aslinya pengen banget keliling museum gini juga. Tentunya mau yang pakai guide juga supaya bisa denger cerita Lokananta ini sambil keliling. Ah, bener nih, kalau ke Solo lagi, aku bakal ke Lokananta lagi 👍🏻

    BalasHapus
  26. Saya sering dengar soal Lokananta ini tapi belum pernah datang dan sangat tertarik untuk mengunjunginya setelah membaca tulisan di sini karena ternyata banyak sekali yang bisa kita lihat dan xperience di sana apalagi sebagai pecinta musik pastinya ini akan menjadi sebuah pengalaman yang berharga dan nanti harus pakai guidenya deh biar komplit informasinya

    BalasHapus
Salam Kenal
erykaditya
Travelling, Kuliner & Lifestyle
Arsip Blog
Komunitas
Emak Blogger Blogger Perempuan
Banner Bloggercrony Female Blogger Banjarmasin
Partner of
Popular Posts