Untuk warga Solo tentu sudah tidak asing dengan kuliner Soto Triwindu. Siapa yang tidak kenal dengan Soto Triwindu?? karena kuliner ini memang sudah terkenal sejak dulu. Banyak wisatawan luar kota yang pasti menyempatkan diri untuk mencicipi kuliner yang satu ini. Tak terkecuali saya sendiri, setiap mudik saya pasti menyempatkan diri untuk sarapan atau makan siang disini.
Lokasi dan Jam Buka
Soto Triwindu buka setiap hari pada pukul 05.30 - 15.00 WIB. Soto ini sangat cocok untuk menu sarapan maupun makan siang.
Seingat saya soto ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Apalagi pada masa liburan ataupun di pagi hari, pasti penuh sesak dengan pelanggan. Karena itu, saya biasanya memilih untuk datang ke Soto Triwindu saat menjelang siang.
Sejarah Soto Triwindu
Soto Triwindu sudah berdiri sejak tahun 1939 oleh Karyorejo yang berjualan keliling seputar Pura Mangkunegaran. Karena kenikmatan soto tersebut maka penguasa Mangkunegaran saat itu, yaitu Mangkunegara VII meminta Kryorejo untuk berjualan di dalam Pasar Triwindu yang terletak di depan Pura Mangkunegaran.
Awalnya soto ini bernama Soto Pringgondani. Namun banyak pelanggan yang lebih suka menyebutnya Soto Triwindu karena letaknya yang berada di Pasar Triwindu.
Pada tahun 1943, Karyorejo meninggal dan Soto Triwindu diteruskan oleh anaknya yaitu Ny Hj Yososumarto. Dan saat ini Soto Triwindu diteruskan oleh anak Ny Hj Yososumarto, sehingga sudah sampai ke generasi ketiga.
Seiring berjalannya waktu dan karena adanya renovasi Pasar Triwindu, akhirnya Soto Triwindu berpindah lokasi di Jl Teuku Umar hingga lokasinya saat ini.
Soto Triwindu Kuliner Wajib Saat Mudik
Meski telah dikelola oleh generasi ketiga namun ciri khas Soto Triwindu tetap dipertahankan. Salah satunya adalah pikulan yang digunakan sebagai tempat menyiapkan racikan soto beserta kuah soto yang masih dipanaskan menggunakan kayu.
Sama seperti Soto Solo pada umumnya, Soto Triwindu mempunyai ciri kuah bening. Soto Triwindu adalah jenis soto sapi dengan kuah yang gurih khas kaldu sapi. Soto Triwindu disajikan sudah dengan nasinya pada satu mangkok. Ada tambahan kecambah, seledri dan bawang merah goreng sebagai pelengkap. Irisan dagingnya juga sangat empuk.
Sebagai tambahan, disini juga tersedia berbagai jajanan gorengan dan lauk. Dari tempe, tahu, bakwan, lentho hingga irisan daging, paru kikil babat juga tersedia. Untuk satu porsi adalah seharga 18k. Untuk gorengannya seharga 3k sedangkan irisan daging 19k.
Salah satu ciri khas lain yang terlihat hingga saat ini adalah beberapa meja pengunjung dua sisi dengan sekat kaca pada bagian tengahnya. Sekat kaca tersebut dulu digunakan untuk meletakkan aneka lauk dan gorengan yang bisa dibuka dari sisi kanan dan kiri.
Namun sekarang sudah disediakan sebuah meja khusus untuk aneka lauk pauk sehingga lebih higienis. Pelanggan tinggal menunjuk untuk kemudian disiapkan oleh pelayan.
Meski Soto Triwindu sudah berdiri sejak tahun 1939, namun Soto Triwindu tidak membuka cabang dimanapun untuk mempertahankan keasliannya. Dan dengan bangunan yang sekarang, Soto Triwindu mampu menampung lebih banyak lagi pelanggan daripada sebelumnya.
Jadi buat teman-teman yang sedang berkunjung ke Solo dan ingin menikmati soto asli Solo maka Soto Triwindu bisa menjadi salah satu alternatif. Atau jika teman-teman mencari kuliner legendaris lainnya di wilayah Soloraya bisa melipir ke Bebek Pak Ndut Kartosura yang sudah berdiri sejak tahun 1997.
Sudah banyak pejabat, tokoh penting dan artis yang pernah mencicipi kedua kuliner ini. Apakah teman-teman juga tertarik mencoba salah satunya???😉
Terimakasih sudah membaca dan semoga bermanfaaat. Sampai bertemu di cerita jelajah selanjutnya 💗💗
Tempatnya aja terlihat klasik banget gitu Mbak, terus bannernya juga khas tempat makan tempo doeloe nggak sih? Haha..
BalasHapusMantap ya citarasanya terjaga padahal udah turun temurun pasti resepnya sejak 1939.
Sebagai pecinta kuah selalu penasaran dengan namanya soto. Nanti kalau ke solo mau mampir kesini ah.
BalasHapusNah ini dia kuliner legendary yang tydack mengandung pork and lard ya mbaaa >
BalasHapusAku sebenernya puingiiinn banget mampir ke Soto ini pas kapan hari ke Solo.
Hanya saja, perutku full mbaaa
habis makan nasi liwet dan kupat tahu deket stadion :)
Salut dengan kekuatan bagaimana Soto Triwindu tidak membuka cabang dimanapun untuk mempertahankan keasliannya. Tapi bukan berarti tidak mengutamakan kenyamanan pelanggan ya... Buktinya bangunan yang sekarang mampu menampung lebih banyak lagi pelanggan daripada sebelumnya. Makin penasaran dengan Soto Triwindu yang sudah berdiri sejak tahun 1939 ini
BalasHapusAku ke Solo sering jelajah ke daerah ini, ke rumah teman yg pintu gerbang rumahnya depan Soto Triwindu banget. Kuliner favorit sih. Sotonya seger dan kuahnya sedep...
BalasHapusSebagai penggemar soto, saya harus nyobain nih Soto Triwindu ntar klo pas ke Solo. Klo di Semarang rata2 soto ayam, jadi saya jarang sekali makan soto daging sapi.
BalasHapusKalau ke Solo emang wajib jajan sotonya. Soto triwindu ini udah legend ya mba. Khas soto solo tuh seger kuahnya, bening. Dan. di warung ada banyak toping sate dan gorengan. Kalau soto. Hj. Fatimah itu pernah belum ka
BalasHapusBeberapa kali ke Solo, tapi belum pernah nyicipin soto ini. Padahal legend banget ya. Kapan-kapan harus cobain nih.
BalasHapusSeggeer banget yaa.. makan Soto Triwindu.
BalasHapusKuah beningnya mengingatkanku sama Soto Boyolali.
Uda pasti gak ada yang bisa nolak sama soto siiyh.. semua kebutuhan gizi lengkap di dalamnya.
Sudah sejak 1939 dan tetap bertahan dan selalu ramai, sepertinya karena dia tidak buka cabang lain, jadi rasa benar-benar khas.
BalasHapusKalau ke Solo lagi pasti aku coba, apalagi soto nya kuah bening gitu, karena suka banget makanan yang berkuah bening.
Daku mau dong nyobain sotonya. Karena bisa disantap apapun cuacanya. Kalo pas hujan, makin ngepas lagi sih hihi. Terlebih sotonya juga sudah ada semenjak Indonesia belum memproklamirkan kemerdekaan.
BalasHapusWah, saya kok ga diajak ke sini oleh adik saya dan istrinya pas ke solo ya hehehe. padahal kaau kuliner legendaris yang sudah dipegang beberapa generasi, pasti mantap. Apalagi kalau resepnya tetap dipertahankan. Karena buat sarapan, maka bukanya pagi ya, Mbak jam setengah 6.
BalasHapusIyaaa pak buka pagi sampai sore jadibisa buat sarapan ataupun makan siang...
HapusOalahh mungkin waktu kmrn itu kelupaan pak, next kalo kesolo lagi bisa tu ditagih hehe
Soto Triwindu legendaris banget ya, meskipun sudah pindah generasi tapi ciri khas dan rasanya tetap sama. Gimana nggak pengen nyicip lagi nih soto yang bikin selera makan bertambah. Suka banget makan soto kalau dicampur sama gorengan dan ati ampela. Jangan lupa sambalnya yang banyak, hihi mantap, segar dan pedas.
BalasHapusSoto Triwindu ini namanya udah legend, aku belum sempet cobain, semoga nanti kalau ke Solo bisa makan juga
BalasHapuskalau di Jatim, yang namanya soto biasanya kuahnya berwarna kuning, tapi soto triwindu ini berwarna bening ya. Penasaran
Nahh iyaa bener mba kalo jatim kan kuahnya kuning yaa kayak soto lamongan itu tapi klo di solo kuahnya cenderung bening kaldu sapi aja :)
HapusWah kalau yang legend-legend gini pastinya wajib dikunjungi ya, mbak. Apalagi makannya pas cuaca lagi dingin pasti bikin hangat.
BalasHapusYang aku suka dari soto solo adalah kuahnya yang bening dan lezat. Di Solo banyak pedagang soto yang terkenal dan semuanya enakkkkkk.
BalasHapusKalau soto triwindu ini aku malah belum coba, lain kali cobain kesana ah...