Saat scroll IG saya menemukan salah satu rekomendasi tempat makan selat yang sepertinya menarik yaitu Selat Kuni. Lokasinya berada di daerah Laweyan yang mana daerah ini memang dikenal dengan bangunan lawasnya. Saat melihatnya, dalam hati berkata satu saat pengen mencobanya dan benar saja secara tidak sengaja tiba-tiba saya diajak teman kesana.
Sebagai salah satu kuliner khas Solo, maka ada banyak tempat makan yang menyajikan menu Selat Solo ini. Ada beberapa lokasi yang pernah saya tulis, diantaranya adalah Kusuma Sari Resto dan Omah Selat.
Lokasi & Jam Buka
Selat Kuni berlokasi di Jl. Sidoluhur No.63, Laweyan,Solo dengan jam buka 08.00 - 16.00 WIB. Dan khusus hari Jumat Selat Kuni tutup, jadi pastikan jangan datang pada hari Jumat ya 😉
Lokasi di Laweyan ini adalah lokasi baru, karena baru pindah mulai 1 Agustus 2025. Menurut beberapa sumber saat awal berdiri Selat Kuni buka di Laweyan kemudian pindah ke daerah Punggawan dan akhirnya pindah kembali ke Laweyan. Jadi bisa dibilang kembali ke daerah asalnya yaitu Laweyan.
Ke Rumah Teman Berlanjut ke Kuni
Akhirnya kami tiba dirumahnya dengan selamat tanpa kesasar. Sampai dirumahnya lumayan berasa adem karena ada banyak pohon besar di halaman rumah. Kami kemudian ditawari untuk makan di Selat Kuni yang ternyata hanya berjarak 200m saja dari rumahnya. Saya langsung mengiyakan ajakan tersebut karena memang tempat makan ini sudah masuk dalam wishlist.
Kala di Selat Kuni
Entah mengapa saat melihat tulisan papan nama Kuni hati saya langsung senang. Mungkin karena akhirnya kesampaian kulineran di Kuni. Begitu masuk ke Kuni, aura tempo dulu langsung berasa. Kuni ini bertempat di rumah bangunan lawas. Rumah ini sudah berdiri sejak tahun 1926, terlihat dari tulisan di salah satu kaca yang ada di atas pintu.
Karena berlokasi di sebuah rumah sehingga area makan ada di beberapa bagian yang terpisah. Bagian depan yang tampak seperti sebuah garasi terdapat beberapa meja kursi. Agak masuk, di bagian samping semacam selasar juga terdapat meja makan. Masuk ke dalam lagi, semacam di teras rumah ada beberapa spot makan juga. Bahkan terlihat sebuah kereta kuda kuno berdiri cantik di tengahnya.
Kami memilih tempat di area selasar dalam agar terasa tidak terlalu panas. Untuk semua area adalah semi outdoor sehingga tidak menggunakan AC namun menggunakan kipas angin untuk mengusir hawa panas.
Saat melihat daftar menu, ternyata harganya sangat ramah dikantong semua. Untuk harga berkisar di bawah 20rban. Selain selat yang terkenal, menu lainnya yang recommended adalah kroket. Karena itu saya langsung saja saya memesan Selat Galantin dan kroket. Sedangkan kedua teman saya masing-masing memesan Selat Galantin dan Sop Matahari.
Untuk minumannya saya tertarik memesan es dawet gempol pleret. Ternyata selama ini sepertinya saya belum pernah mencoba salah satu minuman tradisional Solo ini. Karena saat dijelaskan teman saya tentang apa itu gempol pleret, saya sama sekali tidak ada bayangan 😁.
Dari beberapa sumber yang saya baca, gempol berasal dari kata jempol karena proses pembuatannya menggunakan tangan dan di tekan dengan jempol. Sedangkan pleret diambil dari kata pleret (dipleret) karena membuatnya dengan cara dipipihkan. Gempol sendiri terbuat dari nasi yang dipadatkan dan dibentuk bulat. Sedangkan pleret terbuat dari tepung beras yang dibumbui dengan gula jawa.
Saat pesanan kami datang, saya langsung mencoba es dawet gempol preret yang saya pesan. Minuman ini disajikan mirip dawet namun isiannya yang berbeda. Es dawet gempol pleret terdiri dari cendol, gempol dan pleret yang disajian dengan kuah santan dengan gula jawa. Untuk kuahnya terasa gurih manis yang pas. Sedangkan untuk gempol menurut saya rasanya tawar seperti nasi biasa, sedangkan untuk pleret terasa sedikit manis.
Hidangan kedua yang saya coba adalah kroket yang disajikan dalam kondisi masih hangat sehabis digoreng. Bisa dibilang saya termasuk penggemar kroket tapi tidak semua kroket. Dan setelah mencoba kroket di Kuni ini masuk dalam daftar kroket favorit saya. Rasanya lembut dan gurih sesuai dengan rasa yang saya suka. Maka tak salah jika kroket Kuni juga jadi salah satu camilan favorit pengunjung.
Selanjutnya saya mencicipi Selat Galantinya. Dengan harga hanya 18rb, saya rasa ini cukup murah karena isiannya yang melimpah. Sayurannya cukup lengkap dengan potongan yang lumayan besar dan cukup empuk. Galantinnya juga terasa lembut, ditambah dengan satu buah telur pindang coklat. Untuk kuahnya menurut saya ini termasuk selat segar, karena rasanya yang cenderung ringan.
Untuk sop matahari, saya tidak ikut mencicipinya, namun menurut teman saya kuahnya terasa sedikit berbeda dengan kuah sop pada umumnya. Namun dia menghabiskan sepiring sop matahari tersebut sehingga menurut saya pasti rasanya juga cukup enak.
Penutup
Laweyan yang selama ini dikenal sebagai salah satu kampung Batik di Solo, cocok buat wisata belanja. Kita bisa menemukan berbagai macam jenis batik di Bumi Laweyan ini. Puas berbelanja batik dilanjut melipir ke Selat Kuni untuk mengisi perut. Sebuah perpaduan yang sempurna bukan??😊
Itulah cerita pengalaman kami di Selat Kuni. Terima kasih sudah membaca dan sampai bertemu di cerita selanjutnya 💗💗
















Nah aku pun belum pernah minum es dawet gempol pleret. Btw untuk harga segitu, cukup terjangkau ya selat galantinnya. Aku paling suka banget kuliner solo satu ini. Di Surabaya sayang jarang ada yg jual
BalasHapusBegitu membaca Laweyan, saya langsung ingat kampung batik di Solo Mbak. Sayang 2 kali ke Solo, saya belum ke sana. Selat Kuni ini sudah menarik dari bangunannya juga ya.
BalasHapusDan saya ngiler . Dari es dawet Gempol Pleret, selat dan juga kroket. Saya kebetulan belum pernah cobain selat solo juga hehehe
Klo ke Solo lagi mampir pak bambang ke laweyan buat belanja batik sekalian kulineran di kuni :)
HapusHarganya yang terjangkau seperti itu bikin betah deh ya, karena bisa memilih aneka menu yang bikin penasaran jiwa. Cocok sih jadi hidden gem kulineran.
BalasHapusBtw, daku kok ya kudet baru tahu asal usul gempol karena kaitannya sama jempol, huhu.
Oh TIDAAAAK. Harganya masih dua puluhan gitu dan masih ada yang delapan belas. Jadi inget waktu ke Solo terakhir kemarin, kok aku bisa-bisanya terlupakan menikmati kuliner khas ini yak.
BalasHapusMelihat foto dan penjelasanmu di tulisan ini, aku sangat tertarik kesini. Terasa tempatnya teduh gitu ya mba. Suasana jadul tapi bersih. Suka banget. Apalagi itu ada menu si cendol. Kalau aku kesana bisa lama disana. Betah.
hehehe...karena yang awalnya ke solo tanpa acara tapi malah banyak acara jadinya kelewat deh kulineran di solo nya hehehe
HapusSeneng banget deh liat tempatnya, rumah lawas khas zaman dulu yang keliatan nyaman. Banyak spot foto yang instagramable. Menu makanannya juga cukup terjangkau. Saya belum pernah berkunjung ke Solo. Kayanya kalau suatu saat ke kota Solo, selain ke keraton, ke tempat batik, saya juga mau berkunjung ke Selat Kuni ini.
BalasHapusnah pas nie mba klo ke laweyan karena bias buat belanja batik sekalian kulineran selat di kuni ini ;)
HapusPengen deh ngerasain selat Solo asli di kotanya. Kalau Laweyan itu kampung batik, bukan? Ini posisi restoran Selat Kuni sudah sesuai titik di G maps ya?
BalasHapusGalantine itu rollade daging ya? Kebayang kuah selat yang cenderung manis dan ditambah mayones, sedapnyaa.
Harga juga sangat affordable.
iyaaa mbaa laweyan itu kampung batik jadi kalo ke laweyan bisa buat belanja batik sekalian mampir ke kuni ini...
Hapusyupss titik di gmaps sudah sesuai mbaa..dan bener juga galantin itu sama kayak rollade daging mbaa
Baru beberapa minggu yang lalu saya "ngidam" selat Solo. Ternyata kalau di Solo disebutnya selat aja ya. Sama kaya bakso Malang, kalau di Malang ya namanya cuma bakso.
BalasHapusLihat harganya sungguh menyenangkan. Murah meriah tapi porsinya nggak kaleng-kaleng.
Ngomong-ngomong gempol dan pleret itu apa mbak?
ke solo mbaa buat jajan selat dari tempat aslinyaa di solo hehe,,,
Hapusgempol itu nasi yg dibuletin, pleret itu tepung beras yang dkasih gula jawa mbaa...trus dijadikan minuman deh kayak dawet
Teduh banget liat suasananya mbak. berasa homey bangettt, eh tapi emang ini mah rumah ya? hahaha.
BalasHapusHarga 18 ribu menurutku murah banget sii, apalagi isiannya juga lengkap dan nggak pelit. Sebanyak itu lho porsinya.
iyaaa masss ini memang rumah...rumah jaman dulu kan luasss yaa jadi depan nya buat resto dalem nya mungkin masih ditempati yaa soalnya tutupan siee :)
HapusWah hidden gem banget nih gak nyangka ada yang jualan selat di gang gitu ya. Eh, tapi gangnya legendaris sih ya, terkenal sama pengrajin batik ya mbak.
BalasHapusMantul tu pesanannya, es dawet gempol pleret, kebayang segernya diminum pas cuaca lagi panas2nya kek sekarang ini. Ooo jadi gempol nih karena dibikin pakai jempol ya, baru tahu hehe.
Tempatnya keliatan asyik, agak vintage, rumah orang Jawa jadul.
Harga2nya juga cukup bersahabat ya mbak. Semoga kalau kapan2 ke Solo lagi bisa mencoba makan selat solo di sana :D
Nah ini bisa jadi rekomendasi tempat makan selat Solo Yang pastinya tidak mainstream dan juga rasanya lezat dengan harga yang terjangkau karena kadang-kadang buat saya turis yang bukan orang Solo suka bingung makan selat itu di mana selain di tempat yang memang populer kadang-kadang pengen nyobain juga yang rasanya berbeda dan hidden gem gitu
BalasHapusyang aku suka di Solo (selain tenang) juga karena bangunannya terbilang lawas. jadi rasanya tiap kali ke toko atau tempat makan gini rasanya kayak main ke rumah temen wkwkkw. bener2 hidden gem banget sih ini. udah di dalam gang, rumahnya lawas, trus jual hidangan khas juga. aku masukin WL mbak kalo main ke sana hihi
BalasHapusSebagai penggemar Selat Solo, tempat yang satu ini mesti ku catat dan ku tandain, bismillah nanti bisa jelajah Laweyan mulai borong batik, belajar ngebatik sambil kulineran enak di Selat Kuni 🤩🤩🤩 the real tempat makan dengan perpaduan komplit, ku suka nuansa jadul dan arla rumahan kayak gini. Udah pasti rasa makannya autentik sekali.
BalasHapusNgebayangin makan selat solo, lalu es menarik dengan nama unik aduhhh pagi-pagi ngiler nih hehehe
Selat adalah kuliner khas Solo yang nggak boleh dilewatkan ya mbak
BalasHapusUda lama aku g ke Solo
Moga next pas ke sini bisa mampir ke Selat Kuni ini
Suka banget bangunannya ya kunonamu terawat dan bersih, mana makanannya bervariasi dan murah-meriah happy deh... harus dikunjungi nih nanti.. selatnya menggoda..
BalasHapusMakasih mba Eryka rekomendasi tempat kulinernya. Saya yang belum pernah ke Solo jadi punya tempat rekomendasi untuk dikunjungi jika suatu hari nanti pergi ke Solo. Kuliner Solo jujur saya penasaran banget nih.
BalasHapusBeberapa kali pergi ke Solo nemenin suami dinas ke sana, jujur aku tuh belum sempat makan selat solo. Jujur baca ini jadi ingat, pernah berencana makan selat solo tapi warungnya tutup. 🤧
BalasHapusDan pas baca ini, aku jadi pengen balik ke solo lagi. Salah satu destinasi yang menurutku ramah anak dan kulinernya tuh masih bisa dijangkau sama dompet mbak Ery.. 😁
Lihat lokasinya makannya tuh konsepnya berasa homey banget. Dan menunya pun terasa homey. Ada kroket, selat daging, sop²an.. ahh.. bikin mata jd lapar.. 🤣
Wah nanti bisa dicoba pas main ke Solo, membaca tulisan mba Eryka jadi bisa tambah pengetahuan tentang tempat-tempat menarik plus kulinernya juga pastinya
BalasHapusBaca kisahnya jadi pengen langsung melipir ke Laweyan.
BalasHapusSuasana jadulnya Selat Kuni keliatan banget homey, apalagi harga makanannya ramah di kantong
Selat, kroket, sampai es dawet gempol pleret, duh, auto ngiler dah. Hidden gem yang wajib dikunjungi kalau main ke Solo, apalagi habis belanja batik.
Makasih rekomennya
Jujurly aku tuh love-hate banget sama selat Solo hahaha, aku half Jawa tapi half-nya lagi Sumatera dan ini yang dominan wkwk, jadi pas pertama makan selat tuh kesan pertamanya kok manis banget sih ini makanan apaan.. Tapi akhirnya setelah beberapa kali ke Solo nemu juga kok rasa selat yang pas di lidahku. Hehehe..
BalasHapusTerus habis baca review Selat Kuni ini bikin pengen langsung melipir ke Laweyan deh! 😍Beneran hidden gem ya.. Suasananya yang jadul tapi hangat, ditambah harganya ramah di kantong dan kroketnya tuh beneran deh bikin ngiler. Tandain dulu deh.
hehehe bertolak belakang banget ya mbaa...sumatera yang pedas ketemu jawa yang manis,,pasti butuh penyesuaian dulu tuhhhh,,pas awal makan berasa pengen nambah sambel gak mba hihihi
HapusKaget kaya gak relate antara harga dan wujud makanannya serasa gak percaya. Emang makanan enak di jawa itu murah2 ya mbak, orang kalimatan gak bisa relate. Huhuhu pengennnn…
BalasHapusMurceee bgt harganyaa yaampunnn.. mana ngiler juga sm kroketnya huhu, tapi btw baru kali ini liat nasi jadi condimen menu es.
BalasHapusHarganya murah-murah banget. Pastinya nggak ragu-ragu banget deh buat nyobain masakan di sini Apalagi tempatnya juga homey banget ya karena ini juga dulunya adalah rumah yang dibangun dari tahun 1926
BalasHapusYa ampun, ternyata "selat" itu makanan, ya. Tadinya saya pikir ini tulisan tentang selat yang perairan di antara daratan itu loh, hehe. Wah, ini mah memang wawasan Nusantaranya kurang banget. Kelihatannya enak, sih, Mbak, apalagi tempatnya juga nyaman.
BalasHapuskarena bangunan tempat makan selat kuni ini di sebuah rumah udah bisa membayangkan ya kalau area makan jadi beberapa bagian. Bagian garasi, di bagian samping semacam selasar, juga di teras rumah. suasananya pasti homey banget. jadi pengen mencoba nyicip selat kuni itu
BalasHapussemoga suatu saat berkesempatan ke Solo...
Kayanya enak banget ya. Mana harganya ramah di kantong pula. Fix harus ke sini kalau lagi di soli
BalasHapusSuasananya nyaman banget ya mba...Vintage pisan, udah gitu makanannya lezat dan murah pula harganya. Harus dicoba ini mah kalau pas ke Solo.
BalasHapusSuasananya santai dan nyaman banget ya.. Menunya juga ramah di kantong harganya.. Worth it lah buat dicoba ka
BalasHapuswah itu es gempolnya unik ya ada nasinya. sama aku penasaran juga sama galantin itu, mbak pernah dengar tapi lupa ini jenis makanan apa
BalasHapus